10 Januari 2019

Di Jogja Kita Istimewa - Cerita Ayah Hebat





Program kegiatan Literasi Sekolah TKIT Insan Mulia Wonosobo membuat tentang tulisan atau cerita tentang Liburan bersama Anak. Tulisan dibuat oleh Ayah berbentuk cerita bebas. 
Naaah ini dia cerita itu, silahkan disimak, semoga menginspirasi.

🚗🚌🚒🚉🚗🚌🚒🚉🚗🚌🚒🚉


Di Jogja Kita Istimewa
Rencana awal sebenarnya kami akan mengunjungi Taman Pintar tapi mengingat ini adalah hari Jum’at maka kami putuskan untuk menikmati jalanan Malioboro lebih dulu sambil menunggu waktu sholat Jum’at. Menikmati menyusuri jalanan Malioboro bersama sekeluarga, melepas anak-anak berlarian sambil sesekali bermain dengan patung-patung Bedjokarto yang bertebaran pada titik tertentu di jalan yang merupakan titik Nol Kota Yogyakarta ini. 

Ada sekitar tujuh patuh bertubuh tambun menggenakan seragam prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jika umumnya prajurit menggenggam tombak, maka berbeda dengan prajurit yang diberi nama Bedjokarto itu. Dari tujuh patung, tiga diantaranya menggenggam tombak, satu menggenggam kantong kresek berwarna hijau, dua membawa kotak kayu, dan satu membawa knalpot. Mas 'Amal, Mas Ahsan dan Dik Alya terlihat menikmati wisata di jalanan ini. Sesampai di tengah jalan Malioboro kami melihat iklan Pameran Lego, tanpa pikir Panjang karena Lego ini adalah mainan kesukaan Mas 'Amal dan Mas Ahsan langsung saja kami menuju tempat dimana pameran itu berlangsung yaitu di lantai 1 Matahari Mall, muka ceria tampak jelas di raut kedua anak laki-laki kami, walaupun tidak membeli apa yang dipamerkan tapi paling tidak bisa berfoto-foto dengan berbagai karakter Lego yang di tampilkan dalam ukuran besar.
Menjelang sholat Jum’at kami berjalan berbalik arah menuju Taman Pintar yang mana disana terdapat Masjid Izul ‘Ilmi yang akan kami gunakan untuk Sholat Jum’at, nah disini ada keseruan tersendiri yang dirasakan anak-anak, dengan Jamaah yang berjubel luber sampai halaman, karena kami datang sudah terlambat, atas kebaikan salah satu jamaah kami mendapatkan kertas koran sebagai alas sholat nanti. Mas 'Amal dan Mas Ahsan senang sekali bisa sholat di atas rumput beralaskan koran.
Tepat Jam 13.00 tiket sudah bisa mulai dibeli, berdiri diurutan belakang antrian tidak menghalangi kami untuk bisa menyenangkan keluarga, dalam kunjungan yang kedua ini harapan kami Mas 'Amal dan Mas Ahsan bisa lebih menikmati bermain sambil belajar dalam wahana-wahana yang ada di taman pintar ini, mengingat dalam kunjungan yang pertama masih ada perasaan takut saat melihat patung-patung Dinosaurus. Setelah tiket kami dapatkan, kami hampiri Dik Alya, Mas 'Amal, Mas Ahsan dan Uminya yang sudah menunggu di Bus tingkat yang dinamai “Bus Domapan”.

Memasuki gerbang awal Taman Pintar Dinosaurus besar yang bergerak-gerak menyambut para pengunjung Taman yang mulai dibangun tahun 2004 dan resmi dibuka pada 16 Desember 2008, terdapat dua bangunan utama yaitu Gedung Oval dan Gedung Kotak yang berisikan macam-macam peraga ilmu pengetahuan. Satu persatu peraga kami kunjungi sambil sesekali kami memberikan penjelasan pada anak-anak, dalam Gedung oval sendiri terbagi menjadi beberapa zona, yaitu  Zona Generator Van De Graaf, Zona Cuaca, Iklim & Gempa Bumi, Zona Kehidupan Purba, Zona Tata Surya, Zona Aquarium Air Tawar dan Zona Olah raga. Nah komplit banget kan. Di setiap zonanya kami sekeluarga begitu menikmati penyajian, sesuai dengan slogan Taman ini yaitu Mencerdaskan dan Menyenangkan (dengan pendekatan Niteni, Niroake, Nambahi).
Selesai menikmati sajian di Gedung Oval dan Kotak Mas 'Amal dan Mas Ahsan menagih janji yang sedari awal-awal memang ingin naik perahu di Taman Pintar. Di luar Gedung utama terdapat Wahana Bahari yang mana pengunjung bisa merasakan sensasi naik perahu mengelilingi jalur yang sudah ditentukan. Tidak terlalu mahal untuk membeli tiket di Wahana ini, dengan delapan ribu rupiah saja anak-anak dijamin senang sekali.
Nah itu tadi cerita hari pertama liburan di Yogyakarta 28 Desember 2018, yang lebih pada wisata buatan manusia, di hari yang kedua Sabtu, 29 Desember 2018, kami sekeluarga diajak saudara kami untuk menikmati beberapa wisata alam yang terdapat di 2 kabupaten yaitu Bantul dan Gunung Kidul. 
 
Destinasi pertama adalah Puncak Becici yang terdapat di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul atau 30 Km dari pusat kota Yogyakarta. Dengan menggunakan Panther Touring kami melaju dengan mudah melewati tanjakan “Chino Mati” yang bagi pengendara yang belum berpengalaman akan sedikit kagok saat melintasi nya. Sesampainya di lokasi saat itu masih pagi, pengunjung belum banyak sehingga kami bisa leluasa menikmati barisan hutan pinus yang sudah tidak lagi disadap getahnya. Wahana utama di Puncak becici ini adalah panggung yang berada ditebing, disini kita bisa melihat hamparan kota Yogyakarta dengan berlatar gunung Merapi disebelah utaranya. Subhanallah, itu satu kata yang bisa menggambarkan keindahan yang telah Allah ciptakan untuk manusia. Disini Mas 'Amal, Mas Ahsan dan dua saudara sepupunya yaitu mas Galih dan Mbak Lintang berlarian diantara pohon pinus, mencoba ayunan dan melihat beberapa tenda perkemahan yang ada disana.
Selesai menikmati indahnya Puncak Becici kami meluncur ke Jurang Tembelan, Salah satu daya tarik Jurang Tembelan tidak lain adalah pemandangan Kebun Buah Mangunan dan Sungai Oyo. Lokasinya yang berada di dataran tinggi cocok untuk mengabadikan foto landscape. Disini Mas Ahsan dan Mas 'Amal berfoto ria di miniatur pesawat dan juga perahu yang bila diambil pada sudut yang pas akan menghasilkan foto yang benar-benar unik, yaitu seolah-olah pesawat kita terbang diatas perbukitan seribu. Di Jurang Tembelan ini gratis tidak dipungut tiket masuk hanya ongkos parkir saja yang dikenakan.
Destinasi berikutnya adalah Air terjun Sigethuk, Air Terjun Sri Gethuk merupakan salah satu  objek wisata alam yang terletak di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Air terjun ini berada di tepi Sungai Oyo sehingga untuk menikmatinya harus menyelusuri sungai dengan rakit. Sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan berupa tebing tebing kapur dikanan-kiri dan rimbunnya pepohonan. Jika di musim kemarau, air sungai akan sangat jernih berwana kehijauan dan tenang. Bermodalkan sepuluh ribu rupiah per kepala, rakit akan  mengantarkan kita ke air terjun Srigethuk, wow asyik bukan. Bertujuh kami menaiki Rakit menyusuri sungai Oyo, Mas 'Amal dan Mas Ahsan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, karena ini memang sensasi pertama naik Rakit bermesin motor, oh iya sepuluh ribu tadi sudah termasuk tiket untuk baliknya ke lokasi awal. Sampai di lokasi air terjun mas 'Amal dan mas Ahsan tanpa dikomando langsung bermain air terjun kecil di bebatuan gamping yang berada dibawah air terjun utama Sri Gethuk, hmm mengasyikkan sekali bukan, sementara Dik Alya dan Uminya duduk-duduk di dekatnya memperhatikan kedua Kakaknya bercanda bergembira bermain air.
Air terjun Sri Gethuk sendiri memiliki 3 sumber mata air yaitu mata air Ngandong, Dong Poh, dan Ngumbul. Ketiga mata air ini berkumpul dan mengalir melalui tebing tinggi membentuk air terjun Sri Gethuk setinggi 25 meter dengan 3-5 terjunan air  tergantung musim. Air yang tak pernah kering itu jatuh tak membuat kolam namun langsung merayapi bebatuan kapur yang rapi ditepi sungai. Air terjun ini sedang dalam tahap pengembangan untuk menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Gunungkidul selain dari pantai dan pegunungan karst. Bisa di bayangkan betapa indah ciptaan Allah yang satu ini, Alhamdulillah.
Puas bermain air, rakit membawa kami kembali, untuk sampai ke lokasi parkir kami harus menaiki tangga yang tersusun rapi dari beton, oh iya untuk keperluan bersih-bersih badan atau sekedar buang air kecil, semua WC tidak dipungut biaya alias gratis, mantab sekali pengelola wisata disini yang dalam hal ini adalah pemerintah desa Bleberan Kecamatan Playen kabupaten Gunung Kidul. Tidak lupa kami membelikan kaos untuk mas 'Amal dan Mas Ahsan sebagai baju ganti, karena baju basah semua. Dan juga sekaligus bisa sebagai kenang-kenangan.
Hari sudah siang dan  kami semua sudah puas menikmati wisata alam diTidak lupa kami membelikan kaos untuk mas 'Amal dan Mas Ahsan sebagai baju ganti, karena baju basah semua. Dan juga sekaligus bisa sebagai kenang-kenangan. dua Kabupaten di provinsi DIY ini kami kembali dan tidak lupa Pakdhe dan Budhenya Mas 'Amal, Mas Ahsan dan Dik Alya mengajak kami menikmati Bakso Tumpeng Spesial, yang berlokasi Jalan Imogiri Timur Km 12,  Imogiri, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Yang unik dari bakso ini adalah bentuknya yang menyerupai tumpeng, dari ukuran S, M sampai L, nah sesuaikan dengan kemampuan kita menghabiskannya pastinya.
Ahad, 30 Desember 2018, hari ketiga di Jogja tujuan kami selanjutnya adalah berburu buku di Jogja Islamic Book Fair (IBF) yang kali ini sudah ke-28, wow. Mengenalkan buku pada anak-anak kami bisa dengan mudah di acara yang semacam ini, Mas 'Amal langsung mencari buku-buku yang disukainya begitu pula Mas Ahsan tak mau jauh-jauh dari kakaknya ini, karena biasanya sang kakak akan mebacakan sedikit-sedikit dari buku yang dipegangnya. Mulai dari komik-komik islami sampai Al Qur’an Anak kami borong untuk sebagai bekal di Wonosobo nanti.
Demikian sekelumit cerita empat hari bersama keluarga, yang jelas Jogja akan selalu membawa cerita sesuai dengan brand kota ini Jogja Istimewa. Maturnuwun Umi – 'Amal – Ahsan – Alya – Pakdhe – Budhe – Akung dan Ati Jogja.

Ditulis oleh Iwan M – Ayah dari Ahsan - Kamis dini hari, 10 Januari 2019.


Referensi:

🚗🚌🚒🚉🚗🚌🚒🚉🚗🚌🚒🚉

NB. cerita ditulis Rabu malam hari se pulang dari ngaji, daaan "Engkau memang Ayah Istimewa, Abi Fatih". 

Tidak ada komentar: